PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Pancasila sebagai dasar Negara RI sebelum disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sebenarnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah ada dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup masyarakat. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka untuk memahami Pancasila secara komprehensif dan integral terutama dalam kaitannya dengan Pembentukan Watak Bangsa (National and Character Building), yang akhir-akhir ini menunjukan adanya penurunan kadar nilai (dekadensi/degradasi) kebangsaan, maka mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia guna menumbuh kembangkan rasa nasionalisme, heroik dan patriotik. Proses terjadinya bangsa dan negara melalui proses sejarah yang panjang yaitu sejak zaman kerajaan telah mulai nampak dasar-dasar kebangsaan Indonesia, walaupun masih bersifat lokal (kedaerahan).

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern baru dirintis oleh para pejuang bangsa, yang dimulai dengan pergerakan nasional yaitu kebangkitan nasional pada tahun 1908 (lahirnya Boedi Oetomo), kemudian diikrarkan melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menyatakan diri merdeka (proklamasi) dan tanggal 18 Agustus 1945 Indonesia telah resmi menjadi Negara, baik secara defacto (factual) maupun dejure (yuridis).

 

1.1 Zaman Kerajaan-Kerajaan

  1. Kerajaan Kutai

Kerajaan ini dibangun pada tahun 400 M, dengan rajanya yang pertama adalah Kudungga yang kemudian digantikan oleh Mulawarman dan Aswawarman. Kerajaan Kutai adalah yang pertama kali membuka sejarah bangsa Indonesia dengan menunjukkan nilai sosial politik (bentuk kerajaan ), nilai keTuhanan berupa pengembangan agama Buddha, kenduri dan sedekah kepada para brahmana.

  1. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Balaputra Dewa dari Wangsa Syailendra (600- 1400) jaman kerajaan Mataram Kuno (Mataram Hindu). Menurut Moh. Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan lama. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui Tiga tahap yaitu :

Pertama Zaman Kerajaan Sriwijaya yang bercirikan Kedatuan, Kedua Negara kebangsaan pada zaman Kerajaan Majapahit yang bercirikan Keprabuan, dan Ketiga adalah Negara Kebangsaan (Nation State) Modern yakni Indonesia Merdeka yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah sah menjadi sebuah Negara.

Nilai-nilai yang bisa kita petik dari kerajaan Sriwijaya, antara lain:

  1. Nilai nasionalisme yang berhubungan dengan kerajaan yang berciri Kedatuan.
  2. Kerajaan Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan laut, memegang kunci lalu lintas disekitar Selat Sunda bahkan Selat Malaka.
  3. Di dalam sistem pemerintahannya sudah terdapat pengurus pajak, harta benda Kerajaan, rohaniwan menjadi pengawas pembangunan rumah-rumah ibadat.
  4. Kerajaan Sriwijaya telah mempunyai cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara, tertuang dalam bunyi slogan Marvuat vanua Criwijaya siddhyatra subhiksa ( Suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur).

3. Kerajaan Majapahit

Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya di bawah kekuasaan Raja Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada. Pada masa kejayaannya wilayah Majapahit membentang dari semenanjung Melayu sampai ke Kalimantan Utara. Pada masa itu Mpu Prapanca menulis Kitab Negarakertagama (1365) yang di dalamnya terdapat istilah Pancasila, Mpu Tantular menulis buku Sutasoma, yang di dalamnya ditemukan seloka persatuan nasional, yakni Bhinneka Tunggal Ika, yang bunyi lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua, yang artinya, walaupun berbeda namun satu jua. Dari seloka ini menunjukan bahwa kerajaan Majapahit sudah menganut paham demokrasi, yakni adanya toleransi dan mengakui adanya perbedaan antara agama Budha, Hindu dan Islam yang dianut oleh kerajaan Samudera Pasai (Aceh). Patih Gadjah Mada mempunyai cita-cita ingin mempersatukan seluruh Nusantara Raya, dengan bersumpah (Sumpah Palapa) “Saya tidak akan makan buah Palapa (kelapa) jikalau belum seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan Negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik belum dikalahkan.” Kerajaan Majapahit juga membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan mancanegara, antara lain Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja.

 

1.2     Zaman Penjajahan

Pada awalnya bangsa asing (Portegis dan Belanda) datang di Indonesia hanya untuk berdagang yang kemudian berubah meningkat menjadi praktek penjajahan. Untuk menghindari persaingan di kalangan mereka sendiri (Belanda), maka didirikanlah kongsi atau perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau KongsiDagang Belanda, di kalangan rakyat terkenal dengan sebutan Kompeni.

Praktek-praktek VOC sudah mulai dengan paksaan-paksaan, tindakannya bukan lagi sebagai pedagang, tetapi sudah menampakkan jati dirinya sebagai penjajah (imperialisme). Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abad yang menjadikan rakyat sengsara. Di mana-mana banyak terjadi perlawanan dan pemberontakan dari seluruh penjuru nusantara, dengan tujuan mengusir penjajah dari bumi nusantara. Untuk melanggengkan kekuatan dan kekuasaanya, Belanda menggunakan taktik/strategi, antara lain dengan devide et empera (politik adu domba), monopoli (pembeli tunggal), benteng stelsel (penyempitan gerak) dan kultur stelsel (tanam paksa).

 

1.3     Kebangkitan Nasional

Pergerakan nasional di tanah air dilatarbelakangi adanya pergolakan kebangkitan dari Dunia Timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain dari Filipina (1898) yang dipimpin oleh Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tunisia (1905), Sun Yat Zen dari China melawan Jepang (1911) , India yang dipelopori oleh Nehru dan Mahatma Gandhi melawan Inggris. Adapun di Indonesia pergerakan nasional yang merupakan kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional) dipelopori oleh dr. Soetomo dan dr. Wahidin Soediro Hoesodo dengan nama Boedi Oetomo (BO) yang didirikan pada tanggal 2 Mei 1908. Asas yang digunakan adalah kooperatif serta bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Hanya dengan melalui pendidikan cita-cita ini akan tercapai. Setelah itu muncul pergerakan-pergerakan lain, yakni SDI, SI, Indische Partij dan seterusnya. Pada mulanya pergerakan-pergerakan itu berasaskan kooperatif, namun perkembangannya berubah menjadi non kooperatif, awalnya bertujuan hanya berhubungan dengan perdagangan, sosial, agama dan pendidikan, namun kemudian meningkat menjadi sebuah tuntutan politik, yaitu Indonesia Merdeka.

Tujuan merdeka diekspresikan dengan kata-kata yang dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara, dari Jawa Jong Java, dari Ambon Jong Ambon, dari Sulawesi Jong Celebes, dari Sumatra Jong Sumatra, sedangkan tokoh-tokoh pemudanya antara lain Moh. Yamin, Wongsonegoro, dan Kuncoro Probopranoto. Perjuangan rintisan kesatuan nasional para pemuda dimanifestasikan dalam bentuk ikrar, maka pada kongres Pemuda ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut diwujudkan dalam Sumpah Pemuda, berisi Berbangsa satu, bangsa Indonesia, berbahasa satu, bahasa Indonesia dan bertanah air satu, tanah air Indonesia, bersama itu pula dikumandangkan Lagu Indonesia Raya ciptaan W R Supratman.

 

1.4     Zaman Penjajahan Jepang

Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda Tiga A, Nippon cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia, serta mengaku sebagai saudara tua Bangsa Indonesia. Dalam perang melawan Sekutu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis dan Belanda), Jepang mulai terdesak, maka untuk menarik simpati bangsa Indonesia Jepang menjajikan kemerdekaan.

Pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito, beliau memberi hadiah ulang tahun untuk Bangsa Indonesia, yaitu janji kedua dari pemerintah Jepang berupa “Kemerdekaan tanpa syarat” melalui Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan Madura), No. 23. Dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan dianjurkan untuk berani mendirikan Negara Indonesia Merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang, yaitu Sekutu yang di dalamnya terdapat kaki tangannya, yaitu NICA (Nitherlands Indie Civil Administration).

Realisasi janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, berupa dibentuknya suatu badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang diberi nama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritu Zyunbi Tyosakai, yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat.

  1. Sidang BPUPKI Pertama

Sidang BPUPKI dilaksanakan selama empat hari berturut-turut dari tanggal 29 Juni sampai pada tanggal 1 Juni 1945, yang agenda utamanya adalah pemaparan Rumusan Calon Dasar Negara.

Pemaparan rumusan calon dasar Negara adalah sebagai berikut:

  1. Rumusan Moh. Yamin (29 Mei 1945)

Rumusan ini dikemukakan pada sidang BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 oleh Moh. Yamin berupa rumusan calon dasar negara yang berisikan lima dasar Negara Indonesia merdeka, yakni:

 

  1. Peri Kebangsaan
  2. Peri Kemanusiaan
  3. Peri Ketuhanan
  4. Peri Kerakyatan
  5. Kesejahteraan.

Setelah berpidato mengemukakan rumusan calon dasar Negara Indonesia merdeka beliau juga mengusulkan tertulis mengenai rancangan UUD RI, dari rancangan UUD tersebut tercantum rumusan Lima Asas atau Dasar Negara, sebagai berikut :

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
  3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

1.5     Proklamasi Kemerdekaan

Kemenangan Sekutu dalam perang dunia ke II membawa hikmah bagi bangsa Indonesia, maka pada tanggal 8 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman berangkat ke Saigon atas panggilan Jendral Besar Terauchi. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memberikan tiga keputusan:

  1. Soekarno sebagai ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan, Moh. Hatta sebagai wakilnya dan Dr. Radjiman sebagai anggota.
  2. Panitia boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
  3. Cepat atau tidak pekerjaan Panitia diserahkan sepenuhnya kepada panitia.

Sekembalinya dari Saigon pada tanggal 14 Agustus 1945 di Kemayoran kepada orang banyak, Soekarno mengumumkan bahwa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin), dan kemerdekaan bangsa Indonesia bukan merupakan hadiah dari Jepang, melainkan atas perjuangan bangsa Indonesia sendiri.

  1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tepat pada hari Jum’at Legi, jam 10 pagi WIB, Bung Karno didampingi Bung Hatta membacakan naskah (teks) proklamasi , yang isinya adalah :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

 

                          Jakarta, 17 Agustus 1945 (2605)

                                                                                                                                                                                                                                         Atas Nama Bangsa Indonesia

                                                                                                                                                                                                                               Soekarno Hatta

Sumber :

indridjanarko.dosen.narotama.ac.id

Leave a comment